You are currently viewing “Dapen GPIB ibarat Gadis Cantik yang belum pandai bersolek”

“Dapen GPIB ibarat Gadis Cantik yang belum pandai bersolek”

JAKARTA, dapengpib.com – Judul yang dipasang pada artikel ini memberikan gambaran tentang keberadaan Dana Pensiun Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat saat ini. Dikatakan demikian karena pertumbuhan yang dialami oleh Dana Pensiun GPIB dari tahun 2015 dengan aset neto sebesar Rp. 107.191 milyar sampai dengan Desember 2022 dengan aset neto sebesar Rp.183.724 milyar yang belum maksimal karena ada sejumlah besar peserta pasif yang menerima manfaat pensiun per bulan terbilang sangat kecil. Sebagai Pengurus dan Dewan Pengawas Dana Pensiun periode 2022 – 2025 yang dipercayakan oleh Majelis Sinode GPIB, kami tidak tinggal diam menerima kondisi apa adanya. Solusi untuk memberikan kesejahteraan bagi para peserta aktif yang berjumlah 954 orang dan peserta pasif berjumlah 474 orang (data per 31 Desember 2022) terus kami upayakan.

Upaya awal yang dilakukan, kami melakukan diskusi dengan pakar ekonomi, praktisi ekonomi dan praktisi hukum yang selama ini menjadi anggota Badan Pertimbangan Majelis Sinode 2021 – 2025, yakni Professor Miranda Gultom, Chris Kanter dan Sheila Salomo. Percakapan berlangsung sangat menarik. Percakapan diawali dengan paparan singkat tentang perkembangan dana pensiun yang diberikan oleh Pengurus, diwakili oleh Agustinus Patty selaku Ketua Dana Pensiun dan Shanti Kurniawati Koe selaku Bendahara menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Professor Miranda Gultom dan Chris Kanter. Kemudian penjelasan tambahan diberikan oleh Ketua Dewan Pengawas Eddy M. Soeindoen.

Setelah memberi penjelasan tentang keberadaan Dana Pensiun saat ini dengan Aset Neto sebesar Rp.183.724 milyar dan dana kelolaan investasi sebesar Rp.179.562 milyar dari jumlah aset neto. Selanjutnya, penilaian jujur diberikan oleh Professor Miranda Gultom dan Chris Kanter bahwa saatnya Dana Pensiun GPIB harus memiliki “Fund Manajer Profesional” dan membentuk “Komite Investasi” dengan level pengambilan keputusan yang diatur sesuai tingkatannya untuk membantu pengurus melakukan pengelolaan dana investasi secara maksimal. Strategi aset alokasi yang dilakukan oleh Pengurus saat ini setelah mendapat hasil perhitungan aktuaria per 31 Desember 2021 dengan bunga teknis yang ditetapkan sebesar 8% masih terbilang hati-hati karena prosentasi nilai deposito per Desember 2022 masih sebesar 17,43% dari dana kelolaan investasi sebesar Rp. 179.562 milyar. Kemudian sebagian besar dana dialokasikan ke obligasi pemerintah dengan nilai kupon berkisar 7-10% dan Surat berharga Negara (SBN). Selanjutnya, perolehan Return On Investment (ROI) per 31 Desember 2022 sebesar 6,17% masih terbilang rendah sekalipun sudah mengalami peningkatan dari tahun 2021 yang hanya sebesar 5,69%.

Meskipun jumlah alokasi Deposito tersebut telah berkurang jauh dari Desember 2021 sebesar 32,32% atas dana kelolaan sebesar Rp. 172.960 milyar, Professor Miranda mengatakan bahwa harusnya alokasi aset untuk deposito idealnya hanya sekitar 5%-10% dari dana kelolaan karena tingkat inflasi yang ada di Indonesia saat ini bisa menggerus hasil investasi dari deposito. Begitu juga dengan perolehan ROI yg hanya sebesar 6,17% harus dapat ditingkatkan. Beliau sependapat dengan Chris Kanter untuk menggunakan Fund Manager Profesional dan pembentukan Komite Investasi guna membantu mengelola dana investasi agar memberi hasil Return On Investment (ROI) di atas 10%. Beliau kemudian memberi contoh pengelolaan Dana Investasi yang dilakukan oleh Dana Pensiun Bank Indonesia. Pengurus mengatakan bahwa penggunaan Fund Manager dan Pembentukan Komite Investasi merupakan kewenangan Majelis Sinode selaku Pendiri Dana Pensiun.

Selaku Pengurus, kami mengakui secara jujur kepada Professor Miranda Gultom, Chris Kanter dan Sheila Salomo bahwa kami minim pengalaman mengelola investasi dan sedang belajar keras sambil mengelola dengan sangat hati-hati (learning by doing). Hanya berbekal ilmu yang diperoleh saat mengikuti workshop Manajemen Umum Dana Pensiun (MUDP), Manajemen Risiko, Manajemen Investasi & Perhitungan Aktuaria yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI). Akan tetapi, kami pun menyadari bahwa dana pensiun butuh pertumbuhan yang lebih cepat dan maksimal untuk membantu para peserta dana pensiun ke depan terutama peserta dana pensiun yang selama ini memperoleh manfaat pensiun yang kecil.

Lepas dari semua percakapan di atas, selaku pengurus kami pun bersyukur karena kondisi yang dialami oleh Dana Pensiun GPIB yang nota bene sedang berusaha lolos dari keterpurukan ekonomi dunia yang berimbas ke Indonesia akibat cengkraman pandemi Covid-19 terus bertumbuh dengan sehat karena bisa mengendalikan ratio Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan Investasi selama setahun (BOPO) sebesar 9,80% atau 0,65% dari Total Aset Neto dan hal ini mendapat apresiasi dari OJK melalui pertemuan evaluasi yang dilakukan melalui aplikasi ZOOM per tanggal 20 Januari 2023.

Percakapan tidak hanya seputar investasi, Professor Miranda kemudian bertanya tentang rencana yang dilakukan Pengurus untuk melakukan perpindahan program pensiun dari Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) ke Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Pengurus memberi penjelasan bahwa sedang membangun infrastruktur (Software) terlebih dahulu karena membutuhkan waktu yang cukup dan proses sosialisasi yang lebih intens kepada peserta baik aktif maupun pasif agar bisa diterima dengan baik dan mudah dimengerti oleh seluruh peserta. Kemudian dilanjutkan dengan perubahan Peraturan Dana Pensiun yang perlu mendapat pengesahan dari Otoritas Jasa Keuangan. Belajar dari salah satu dana pensiun kristen yang ada di Jakarta yang proses perpindahannya sudah 2 tahun dan baru akan tuntas tahun ini. Penjelasan ini sekaligus menutup percakapan seru yang dilakukan bersama para pakar. (ap)